PIPING, VALVES, AND FITTINGS II
Friday, June 1, 2007 by Abu Afif
- PEMILIHAN VALVE
a. Ball Valve
Secara umum ball valve dipakai untuk keperluan on/off. Ball valve tidak boleh digunakan untuk keperluan regulasi/throttling. Ball valve yang mengalirkan fluida/hidrokarbon yang mudah terbakar harus berupa “Fire Safe Design” sesuai dengan API 6FA (trunion) atau API 607 (floating).
b. Butterfly Valve
Butterfly valve tidak boleh digunakan pada produk hidrokarbon dan hanya digunakan untuk kelas di bawah ANSI 150, kecuali kondisi penutupan yang sempurna tidak diperlukan.
Check valve tidak boleh dipasang pada aliran turun vertikal. Pada aliran yang pulsatif , check valve jenis piston sebaiknya digunakan. Pada masa sekarang, check valve jenis wafer semakin banyak digunakan mengingat dimensinya yang kecil, dan ringan dibandingkan jenis swing.
d. Gate Valve
Gate Valve umumnya dipakai untuk aplikasi on/off atau untuk keperluan isolasi, small drain, dan venting. Gate valve tidak direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi regulasi/throttling.
e. Globe Valve
Globe Valve umumnya digunakan untuk aplikasi throttling/ regulasi, by-pass control valve, drain line, atau sample connections. Globe valve dengan ukuran lebih besar dari 6” sebaiknya tidak dipakai, kecuali untuk kondisi tertentu yang spesial.
b. FITTINGS
a. Butt-weld (BW)
Digunakan pada secara luas untuk proses, keperluan umum, dsb. Cocok untuk pipa dan fitting berukuran besar (2” dan lebih besar), dengan reliabilitas yang tinggi (leak-proof). Prosedur fabrikasinya adalah dengan menyatukan masing-masing ujung sambungan (bevel), diluruskan (align), tack-weld, lalu las kontinu. Beberapa contoh fitting yang menggunakan BW antara lain:
- BW Tee, dipakai untuk membuat percabangan 900 dari pipa utama. Cabang dapat berukuran lebih kecil (reduced tee) atau sama dengan pipa utama (equal tee)
- Stub-in digunakan untuk membuat cabang langsung ke pipa utama. Cabang berukuran lebih kecil.
- Weldolet digunakan untuk membuat percabangan 900 pada pipa utama.
- Elbolet digunakan untuk membuat percabangan tangensial pada suatu elbow.
- Sweepolet digunakan untuk membuat percabangan 900. Umumnya dipakai pada pipa transmisi dan distribusi (pipe line system)
b. Socket-weld (SW)
SW digunakan untuk ukuran kecil (dibawah 2”). Ujung pipa dibuat rata, lalu didorong masuk ke dalam fitting, valve atau flange. Dibandingkan dengan BW, SW memiliki kelebihan dalam hal penyambungan dan pelurusan yang lebih mudah, terutama untuk ukuran kecil. Tetapi, adanya sisa jarak 1/16 in antara pertemuan ujung pipa dan fittings, valve, atau flange dapat menyebabkan kantung cairan. Penggunaan SW juga dilarang per ASME B31.1.0-1967 jika terdapat erosi atau korosi cresive.
Beberapa contoh SW fittings:
- Ful-coupling untuk menyambung pipa ke pipa
- Swage Nipples (Plain Both Ends/PBE) digunakan untuk menyambung SW item ke BW pipa atau fitting berukuran lebih besar
- SW Elbow digunakan untuk menghasilkan perubahan arah 900 atau 450.
- Nipolet digunakan untuk sambungan ke valve berukuran kecil.
- SW Tee dipakai untuk membuat percabangan 900 dari pipa utama. Cabang dapat berukuran lebih kecil (reduced tee) atau sama dengan pipa utama (equal tee)
- Sockolet digunakan untuk membuat percabangan 900 pada pipa utama.
- SW elbowlet digunakan untuk membuat percabangan tangensial pada suatu elbow
c. Screwed
Seperti SW, screwed piping digunakan untuk pipa berukuran kecil. Umumnya tidak dipakai untuk proses, meskipun mungkin pressure-temperature ratingnya memenuhi. SW dan screwed fitting umumnya berkelas 2000, 3000, dan 6000 PSI.
d. Quick Connector and Couplings
Digunakan baik untuk koneksi permanen atau sementara, tergantung pada kondisi servis, dan jenis sambungan. Biasanya cocok dipakai pada saat perbaikan jalur, dan modifikasi proses.
c. CONTOH SPESIFIKASI PERPIPAAN
Corrosion Allowance : 1.5 mm
Tekanan (Ope/Des) : 50/150 psig
Suhu (Ope) : -500F (Des): -50/2000F
a. Piping Material
Berdasarkan Tabel.1 kondisi suhu seperti di atas, dimana sistem perpipaan didisain untuk mampu menahan suhu terendah –500F, maka pipa LTCS A-333 Gr.6 dipilih karena paling memenuhi kondisi tersebut. Mengikuti jenis material tersebut, dipilih A420 WP L-6 fitting material, A-350 LF2 Flange, A320-L7 Bolts, dan A-194-4 Nuts.
b. Pressure Temperature Rating
Dari ASME B16.5 Tabel 1, material A350 LF-2 masuk kategori Group 1.1, seperti ditunjukkan pada Tabel.3 didapatkan nilai berikut:
Dari nilai di atas, jelas bahwa tekanan operasi dan disain masih di dalam batas MAWP yaitu 285 psig pada –500F. Nilai ini akan kita ambil sebagai input tekanan pada perhitungan ketebalan pipa. Dalam hal ini kita menganut prinsip full rating.c. Perhitungan ketebalan pipa
Tabel dibawah ini mengetengahkan proses perhitungan ketebalan pipa. Patut dicatat bahwa untuk aplikasi hidrokarbon, screwed pipe fittings tidak dipakai. Lebih jauh lagi, pemilihan Sch.20 untuk NPS 8 – 24 inch mungkin dapat digantikan dengan Sch.40 atau STD yang lebih mudah ditemukan di pasaran.
a. REFERENSI
b. ASME B31.3-2002 Process Piping
c. ASME B36.10 Welded and Seamless Wrought Steel Pipe
d. Escoe, Keith A., 1986, Mechanical Design of Process System, Gulf Publishing Company, Houston
e. Kannappan, Sam., 1985, Introduction to Pipe Stress Analysis, John Wiley & Sons, Toronto.
f. Kentish, D.N.W., 1982, Industrial Pipework, McGraw Hill, London
g. Sherwood, David R., Whistance, Dennis J., 1976, The Piping Guide, Syentek Book Company Inc, San Fransisco
h. Berbagai sumber.
This post is very good..
especially for a person who interest in hydrological equipment. this is such a good reference for a practical user in hydrology engineering..
cheers
iwan